Indra ke-6 atau bisikan syetan? ( 1 )

“Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai karunia yang besar yang diberikan-Nya kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukurinya, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan”.
Q.S An Naml 73-74


Sebut saja kang Bejo (bukan nama sebenarnya). Pengusaha yang cukup sukses ini beberapa bulan terahir dirundung kesedihan yang cukup menggalalaukan hatinya. Hal itu lantaran kang bejo akhir-akhir ini takut bercampur cemas akan ramalan orang yang dianggapnya pintar. Sang paranormal Elegant yang menjadi lagganan kang Bejo melalui indra ke-6-nya telah meramalkan bahwa usahanya ditahun ini akan gulung tikar alias bangkrut karena sesuatu hal.

Paparan peristiwa tersebut barang kali tidak dialami oleh kang Bejo saja akan tetapi mungkin banyak umat manusia yang suka akan sesuatu yang mistik, klenik, ramalan bintang dan getol sowan kedukun. Mereka sangat percaya dengan ramalan-ramalan paranormal yang sangat menjerumuskan dan mengantarkan kesyirikan, tidak heran jika masyarakat kita sebelum menjalankan hajatnya seperti ketika akan memulai usaha, mantu, ataupun mendirikan rumah, terlebih dahulu mereka harus minta restu para dukun-dukun atau minta diramalkan Astrologer (peramal) akan nasib dirinya. Mereka amat percaya bahwa para dukun dan paranormallah yang sidik peningalnya atau indra ke-6nya amat tajam berbeda dengan manusia lainya yang tidak memiliki ketajaman hati dan tidak bisa meramal akan nasib seseorang yang bakal terjadi. Sebenarnya adakah indra ke-6 itu? Atau apakah itu hanya tipu muslihat syetan yang sudah menjadi salah satu strategi untuk menjerumuskan manusia?.Dan kalau itu memang betul-betul ada serta nyata akan terjadinya ramalan, lalu bagaimana dengan kodrat dan kekuasaan Allah SWT yang Maha perkasa dan Mengatur segala-galanya akan apa yang bakal terjadi dan telah terjadi didunia ini?

Diantara jalan syetan

Syech Imam Wahid bin Abdus Salam dalam suatu karyanya yang berjudul “Thuruqus Syaithon Fii Idlalin Nasi” memaparkan secara panjang lebar akan kiat-kiat syetan dalam menjerumuskan syetan, diantaranya adalah Pertama.Menghiasi suatu kebathilan dengan suatu keindahan dan kepuasaan, sehingga para pengikutnya tidak merasakan bahwa itu suatu hal yang di murkahi Allah SWT, mereka amat senang menjalankan kemaksiatan tersebut dan menuruti apa yang menjadi kepuasan nafsunya, baru setelah itu mereka sadarkan diri dan menyesal atas apa yang dilakukan serta takut akan menerima siksa Allah SWT yang akan menimpanya. Kedua. Suatu kemaksiatan dirubah namanya dengan suatu nama yang mempesona nan indah serta membikin penasaran bagi mereka yang mendengarkanya, sehingga tertarik untuk mengetahui lebih dekat. Ketiga. Suatu ketaatan dirubah namanya dengan sesuatu nama yang menakutkan sehingga membikin enggan dan malas manusia untuk menjalankan kebaikan tersebut. Keempat. Memasukan kiat-kiat yang amat disukai manusia, apa yang menjadi kesukaanya senantiasa dibuka lebar-lebar pintu untuk dijalankan, baru setelah itu dipelesetkan kepada kesesasatan. Kelima. Bertahap dan tidak sepontan dalam menyesatkan manusia sehingga tidak sadarkan diri. Keenam. Menghembuskan nasehat-nasehat keimanan sehingga membikin terlena manusia yang mendengar dan pada ahirnya di belokan kepada kemungkaran. Ketujuh.Menutup rapat-rapat kebenaran. Kedelapan. Meminta pertolongan kepada orang-orang yang dianggap dekat dengan yang Sang Maha Kuasa.dalam menjadi sandaran akan problemnya.

Kiat syetan yang ketujuh inilah yang kadang membuat seseorang terpesona akan kehebatan dan kelebihan yang dimilikinya sehingga menganggap dan menilai seseorang dengan sebelah mata dan menganggap akan adanya kelebihan yang luar biasa tanpa mengembalikan adanya keutamaan yang diberikan Allah SWT kepada para hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Awal dari masalah ini biasanya Allah SWT memberikan kukuatan iman pada hamba-Nya dengan senantiasa beribadah dan berbakti, namun dalam perjalananya sang hamba ini tidak kuasa akan godaan hingga ia merasa sombong diri dan menganggap ibadahnya itu sudah mewakili keriteria hamba yang dikasihi Allah SWT (tertipu dengan amalnya sendiri). Sehingga ia meniali orang lain lebih rendah derajatnya dan tidak istimewa disisi Allah daripada dia sendiri, pada ahirnya hamba tersebut menghalalkan apa yang diharamkan, merekayasa apa yang telah ditetapkan hukumnya dengan segala argumenya. Naudzu billah kita semua agar senantiasa minta perlindungan kepada Allah SWT dari hal yang demikian akan tertipu dengan amal kebaikan sendiri. Allah SWT berfirman”…Sesungguhnya syetan itu membisikan kepada kawan-kawanya agar mereka membantah kamu dan jika kamu menuruti mereka sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik”. Q.S. Al An’am 121

Karunia ilmu dan pengetahuan

Tidak menutup kemungkinan pada dasarnya ada hamba-hamba Allah SWT yang dengan Maha Kekuasaan-Nya telah memberikan suatu kelebihan pada masing-masing hambanya yang tidak diberikan keistimewaan itu kepada hamba yang lainya, Melalui wahyu dan mimpi yang benar Allah SWT menganugrahkan kepada manusia bermacam-macam pengetahuan yang berisi sebagian rahasia dan fakta dari dunia penciptaan dunia ghaib. Selain itu, informasi hal-hal, kejadian-kejadian masa lalu dan yang akan datang atau perintah mengerjakan amal tertentu juga disampaikan kepada manusia. Didalam Al Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang mengisyaratkan wahyu Allah SWT berupa ilmu dan hikmah kepada para nabi dan rosul-Nya serta hamba-hamba yang sholeh.

Menurut pendapat Prof.Dr.Muhammad Usman Nadjati seorang ahli psikologi dari Universitas Ibnu Saud Arab Saudi mengatakan bahwa ada dua macam dalam proses manusia mendapatkan pengetahuan (ilmu dari Allah SWT), pertama adalah melalui panca indra dan akal cara ini yang biasa banyak ditempuh oleh kebanyakan manusia terutama oleh ilmuwan, cendikiawan dalam memperolah pengetahuan dalam penelitian ilmiayahnya, dengan mengerahkan akal fikiranya berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang ia dapatkan, pengetahuan ini biasanya lebih banyak didapatkan dari mengamati hal-hal yang bisa di indra dan berahir dengan membentuk konsepsi dan struktur-struktur akal ilham dan mimpi benar, Allah SWT berfirman “Dialah Allah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati agar dapat menggunakan alat-alat tersebut untuk memperhatikan bukti-bukti kebesaran dan keesaan Tuhan yang dapat membawa mereka beriman kepada allah SWT serta taat dan patuh kepadaNya. tetapi amatlah sedikit kamu bersyukur”.Q.S. al Mukminun 78
Kedua dari sisi lain manusia memperolah pengetahuan model khusus yang dikirim Allah SWT yang berisi bebrapa realitas, hal-hal gaib, dan perkara-perkara yang telah dan akan terjadi, ataupun perintah mengerjakan sesuatu hal. Sebagaiman yang pernah dialami oleh nabi khidhir dalam banyak riwayat dan ayat-ayat al Qur’an, Allah SWt berfitman “…Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba kami yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Tuhan kami dan yang telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami”Q.S. Al Kahfi 65

Proses penggalian ilmu dari cara yang kedua ini biasaanya tidak lepas dari person seorang hamba itu sendiri serta ketaatan akan perintah dan menjauhi larangan menyebabkab diberikanya ilmu mauhibah (dalam bahasa tasawuf disebut dengan Ilmu laduni) yang pada ahirnya pancaran hatinya semakin lebih terang sehingga bisa menembus alam atau ruangan yang tidak dapat ditembus oleh manusia biasa apalagi yang berlumuran denagn maksiat kepada allah SWT, merka basanya lebih hati-hati dan bijak dalam menetukan suatu putusan ataupun nasehat, tidak sembarangan menyalakan orang sebelum ada bukti yang kuat, serta memberi solusi yang tepat bagaiman seseorang bias lebih mendekat dirinya kepada Allah SWT sehingga menjadi hamba yang dikasihi dan disayangi.
Lalu bagaimanakah membedakan antara ilmu yang bersumber dari pancaran hati nurani tersebut dengan ilmu yang tiada lain adalah rekayasa syetan untuk menjerumuskan manusia kejurang kesesatan?, kiranya ini yang harus bisa dibedakan!

Bersambung…!


0 komentar: