Sifat Puasa Rosulullah SAW - Upaya Menuju Puncak Taqwa ( 2 )

Sifat Puasa Rosulullah SAW
Upaya menuju puncak taqwa

Bagian II


”Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bisa menjauhi apa yang telah dilarang Allah, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu.......”Q.S Al Baqoroh 183-184

Al Qur’an Al karim telah memberikan methode bagi umatnya sebagai terapi atas lemahnya irodah (kemauan) yang menjangkiti kebanyakan orang muslim, sebab banyak saudara muslim kita yang enggan dan malas menjalankan puasa dengan alasan tidak kuat dan lain sebagainya bahkan kadang kala dengan terang-terangan tanpa rasa malu makan didepan mereka yang menjalankan puasa. Sesungguhnya seorang muslim yang terbina keyakinan dan amaliyahnya semestinya mampu menghasilkan sebuah karya nyata sesuai bakat alamiyah yang diberikan Allah SWT (Mauhibah) dan dengan catatan mauhibah itu ia wujudkan dengan ikhlas, bersungguh-sungguh dan konsisten dalam rangka mendekat dan mencari ridho Allah SWT dengan satu keyakinan seperti yang telah difirmankan ”Dialah Dzat yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya). Dan Dia (Dzat) yang menentukan kadar (masing-masing) mahluknya dan memberi petunjuknya”. Q.S. Al A’laa ayat 2-3.


Terkait dengan ini Imam Sayyidina Ali RA mengatakan ”Nilai diri seseorang adalah profesionalitas yang ia miliki”, maka nilai diri orang berilmu adalah ilmunya, sedikit atau banyak ilmu itu, nilai dari seorang penyair adalah syairnya, baik syairnya itu bermutu atau sebaliknya, jadi nilai diri semua orang adalah Mauhibah atau aktivitas rutin (Hirfah) yang ia miliki bukan karena yang lainya, karena itulah seorang muslim hendaknya bersemangat kuat meninggikan nilainya dan menjadikan mahal harga dirinya dengan amal sholeh serta tidak usah merasa resah betapapun kenyataan hidupnya, baik ia ditakdirkan menjadi hamba yang tidak punya uang (dalam keadaan susah secara ekonomi) atau ia berkecukupan materi.

Kegagalan manusia dalam menghasilkan sebuah karya nyata (prestasi) disebabkan oleh lemahnya kemauan (Dhu’ful irodah) dan banyak mengeluh. Karena itu Allah SWT berfirman ”Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat dengan rutin dan benar (daim)”. Q.S. Al maa’rij 19-22.
Dan dikatakan pula dalam sebuah syair ”janganlah menyangka kemuliyaan itu adalah laksana kurma yang hanya kamu rasakan lezat memakanya, sesekali kamu tidak akan sampai pada kemuliyaan sehingga (terlebih dahulu) kamu menjilat buah jadam(Buah yang amat pahit)”, hal ini mengisyaratkan bahwasanya kesusahan dan kepayahan adalah bahagian dari hidup seseorang dalam mendapat seuatu kemuliyaan, kesengsaraan bukanlah suatu kehinaan bagi seseorang, justru kesusahan adalah sebagai awal proses kemuliyaan. Mudah-mudahan dengan datangnya bulan romadlon ini kita betul-betul bisa mengambil pelajaran dan meraih sukses. Ilmu dalam berpuasa adalah syarat mutlak yang harus kita miliki agar puasa kita ini tidak sia-sia, berikut kami paparkan lanjutan dari sifat puasa rosulullah SAW dengan harap puasa kita di bulan romadlon ini menuai kesuksesan.





VI. Waktu puasa.

Waktu puasa dimulai sejak terbitnya fajar (Adzan subuh) sampai terbenamnya matahari. “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam”. Q.S. Al baqoroh 187

VII. Sahur.
a. Hikmah sahur.
Allah SWT telah mewajibkan kita untuk berpuasa sebagaimana diwajibkanya atas ahli kitab sebelum kita; “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkanya atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Al baqoroh 183

Disisi lain rosulullah memerintahkan umatnya untuk sahur sebagai pembeda antara puasanya umat islam dan puasa ahli kitab, sebagaimana diriwayatkan dari Amru bin Ash bahwasanya rosulullah SAW bersabda “Pemisah antara puasa kita dengan puasa puasa ahli kitab adalah makan sahur”. H.R. Muslim.

b. Keutamaan sahur
b.1. Sahur itu ada keberkahan
“Barokah itu terdapat dalam tiga perkara yaitu 1. Al Jamaah, 2.tepung Tsarid dan yang 3. pada waktu sahur’. H.R.Thobaroni

b.2. Malaikat bersholawat.
Dari abu said Al Khudri ia berkata, rosulullah SAW bersabda “sahur adalah makanan berbarokah, maka janganlah kalian meninggalkanya walaupun hanya meminum seteguk air, karena sesungguhnya malaikat bersholawat atas orang-orang yang bersahur”. H.R. Tirmidzi

b.3. Mengakhirkan sahur
Sahabat Anas telah meriwayatkan dari Zaed bin Tsabit bahwa ia berkata “Kami bersahur bersama Nabi SAW, lalu beliau bangkit untuk sholat, aku bertanya “berapa ukuran (masa) antara adzan dan sahur?”, beliau menjawab “seukuran membaca 50 ayat”. H.R. Bukhori dan Muslim.

b.4. Hukum sahur.
“Barang siapa ingin berpuasa hendaklah bersahur dengan sesuatu”. H.R. Ibnu abi Syaibah.
Dan dalam riwayat lain juga disebutkan “Bersahurlah karena sesungguhnya bersahur terdapat keberkahan”. H.R. Bukhori dan Muslim

VIII. Perkara-perkara yang wajib ditinggalkan
a. Berkata dusta
”Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah SWT tidak akan membutuhkan (memperdulikan) dia meninggalkan makan dan minnumnya”. H.R. Bukhori

b. Berbuat yang sia-sia dan melakukan tindakan serta ucapan keji.
”Bukanlah puasa itu sekedar puasa dari makan dan minum, sesungguhnya puasa itu adalah puasa dari perbuatan sia-sia dan keji, maka jika salah seorang mencelamu atau membodohkanmu maka katakanlah aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa”. H.R Ibnu Huzaimah dan Hakim

IX. Yang diperbolehkan dalam berpuasa.
a. Masuk waktu subuh dalam keadaan junub.
”Sesungguhnya Nabi SAW dalam keadaan junub diwaktu subuh karena habis berkumpul dengan istrinya beliau lalu mandi dan berpuasa”. H.R. Bukhori dan Muslim

b. Bersiwak
”Kalau sekiranya tidak memberatkan atas umatku tentulah akan aku perintahkan mereka bersiwak pada setiap kali wudlu”. H.R. Bukhori dan Muslim

c. Berkumur dan menghirup air kehidung
Sebagaiman yang pernah dilakukan rosulullah SAW bahwasanya beliau pernah berkumur dan menghirup air kehidung dalam keadaan berpuasa, akan tetapi beliau melarang bagi mereka yang berpuasa untuk berlebih-lebihan”........dan bersungguh-sungguhlah dalam menghirup kecuali jika dalam keadaan berpuasa”. H.R. abu dawud

d. Bersentuhan dan berciuman
”Rosulullah mencium istrinya sedang beliau dalam keadaan berpuasa dan beliau adalah orang yang paling mampu menguasai dirinya”. H.R. Bukhori dan Muslim
Dalam hadits lain disebutkan dari Amru bin Ash ia berkata ”Dahulu tetkala kami bersama nabi SAW datang seorang pemuda, lalu ia berkata ”Wahai rosulullah! Apakah saya boleh mencium istri sedang saya dalam keadaan berpuasa?”beliau menjawab ”Tidak!”, lalu tidak lama kemudian datanglah seorang tua kepada beliau sambil bertanya ”apakah saya boleh mencium istri saya sedangkan saya dalam keadaan berpuasa?” beliau menjawab ”Ya!”. sahabat Amru bin Ash bertanya ”lalu bagaimana kami melihat sebagian lainya”, maka rosulullah SAW bersabda ”sesungguhnya orang yang sudah tua mampu menguasai dirinya”. H.R. Ahmad

e. Donor darah dan suntik yang tidak dimaksudkan memberi zat makanan.
f. Berbekam
Pada awalnya berbekam termasuk dari hal yang membatalkan puasa, lalu dihapuskanya hukum tersebut, sebagaimana yang yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA ”Bahwasanya Nabi berbekam sedang beliau dalam keadaan berpuasa”. H.R. Bukhori.

g. Mencicipi makanan
Dalam hal ini dibatasi dengan tidak masuk kerongkongan sebagaiman disebutkan dari Ibnu Abbas ia berkata ”Tidak mengapa seorang merasakan makanan atau sesuatu selam tidak masuk kerongkongan sedang ia dalam keadaan berpuasa”.

h. Bercelak
Syeh Ibnu Taimiyah dalam kitabnya ”Hakikatus siyam” menyebutkan bahwasanya sesuatu yang masuk pada mata adalah tidak membatalkan puasa

i. Mandi keramas
Imam Bukhori menyebutkan dalam kitabnya bahwasanya Ibnu Umar RA pernah membasahi pakaian lalu ia meletakanya diatas kepalanya”.

X. Berbuka
a. Menyegerakan buka
”senantiasa umatku dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka”.H.R. Bukhori dan Muslim.
Dalam hadits lain ”Senantiasa agama ini akan nampak selama manusia menyegerakan berbuka, karena yahudi dan Nashroni mengakhirkanya ”. H.R. Abu Dawud

b. Memberi buka puasa
”Barang siapa memberi buka puasa kepada orang yang sedang berpuasa, maka ia mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berpuasa dengan tidak mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun”.H.R. Ahmad, Tirmidzi
Sementara dalam hadits yang lain disebutkan ”...Malaikat senantisa mendoakan pada saat berbuka puasa bagi orang yang berbuka dan yang memberi buka puasa”. H.R. Tirmidzi


0 komentar: