HASBI ROBBI

“Sesekali tidak akan menimpa kepada kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal” Q.S. At Taubah 51

Alhamdulillah, pada kesempatan ini bulletin jumat Al itishom kembali hadir ditengah-tengah kita, setelah lama libur menjelang idul fitri, tidak lupa pada kesempatan yang masih kita memasuki bulan syawal ini, segenap redaksi bulletin al itishom mengucapkan minal aidin wal faizin mohon maaf lahir dan bathin, taqobbalallahu minna waminkum, mudah-mudahan Allah SWT senantiasa menirima amal ibadah kita dibulan suci romadlon dan kita digolongkan menjadi orang-orang yang muttaqien. Amin

Dikala kita semua umat islam merayakan hari kemenangan, ternyata masih menyisahkan kepedihan diantara kita, saudara kita nan jauh disana dipadang dan sekitarnya mendapatkan musibah dari Allah SWT, gempa bumi yang mengguncang kota tersebut seakan-akan mengingatkan pada tiga tahun silam akan ketidak berdayaan manusia dimuka bumi, sama sekali apa yang kita miliki terasa tidaklah berguna jika tidak ada pertolongan dariNya. Yang kita rencanakan sama sekali tidak akan berjalan klo skiranya tidak ada taufiqNya. Maha Suci Dzat yang segala kerajaaNya ada di bumi dan di langitNya. Yaa Allah Anugerahkan kepada kami umat islam semua kedamaian, kebahagiaan serta mampu menjalankan apa yang menjadi ridloMu.

Musibah diambil dari kata “ashoba” yang berarti turun, mengena, dan cocok (kebetulan, bertepatan) . Musibah adalah peristiwa atau kejadian yang datang kepada manusia dan menjadikanya buruk, susah, ruwet, sedih dan sebagainya, Musibah bisa berbentuk adzab, uqubah (sanksi) bala’, maupun fitnah.

Mengharap husnul khotimah

Bagi saudara-saudara kita yang telah meninggal dunia barang kali tidak ada masalah bagi mereka, terlebih kejadian tersebut datang setelah Allah SWT memberikan pengampunan dan pintu rahmatnya yang amat luas, jika amal ibadahnya selama romadlon diterima Allah SWT, barang kali baginya sudah tidak ada pemisah antara dirinya dengan Tuhanya, hanya tinggal hak sesama manusia yang harus ditunaikanya, maka tiada aniayah sedikitpun atas mereka karena segala musibah yang menimpa sesuai dengan kehendak Allah SWT. Mereka telah mendapatkan ahir yang baik, mereka syahid ahirat, justru yang perlu menjadi perenungan kita semua adalah, bagaimana kita menemui ajal kita nanti? Akankah dalam isyarah dan tanda-tanda mendapatkan kemuliyaan atau sebaliknya?. Kematian adalah hal yang mistri, tidak ada seorang yang bisa menebak akan datangnya kematian, jika kematian datang maka tidak akan bisa diundurkan ataupun dimajukan, Seseorang yang sadar akan kematian maka ia akan semangat dan terus memohon agar menemui ajalnya dalam keadaan baik, pengharapan terus dikumandangkan akan sedikit amal ibadah yang dilakukan semasa hidupnya diterima disisiNya. Yaa Allah berikan kami mati dalam keadaan husnul khotimah dan jauhkan kami dari kematian yang su’ul khotimah. Amin

Benarkah kita selamat?

Pada ayat diatas terdapat pendidikan dan pengajaran bagi orang-orang islam agar menetapi akhlak yang luhur manakala musibah menimpa mereka, Akhlak luhur itu hendaknya tidak susah dan bersedih hati terus menerus, tetapi tetap optimis dan tegar sehingga tidak menjadi lemah dan tidak berdaya (wahan) dan hilang kekuatan, hendaknya mereka ridlo, tidak putus asa atas takdir yang menimpa mereka hendakanya mereka berharap ridlo Tuhan mereka, mereka semestinya percaya penuh bahwa Allah SWT tidak akan menimpahkan musibah melainkan didalam musibah itu ada hikmah dan kebaikan bagi mereka, sekarang atau kelak, dari rahmatNya yang memenuhi segala sesuatu dan yang ditetapkanNya atas dzatNya .

Kadang kita sering beranggapan bahwa kita yang jauh dari bencana itu merasa kita orang yang selamat, harta kita tidak hilang, tubuh kita tidak terluka, saudara kita lengkap dan sehat, bahkan kita bersiap menghabiskan harta yang banyak dalam pesta ahir tahun Benarkah demikian, atau justru mereka yang meninggal dibawa reruntuhan rumah dan timbunan Lumpur itu lebih selamat dibanding kita saat ini?

Kiranya kita tidak hanya cukup bersedih dan memberi bantuan ala kadarnya atas musibah, tetapi ada pelajaran besar yang perlu kita taruk kesimpulan dari peristiwa ini, Sebagai umat islam yang masih diberikan oleh Allah kesempatan untuk menjalankan sesuatu alangkah ruginya jika kita sia-siakan berlalu tanpa makna dihadapan allah SWT.

Makna dari bencana

Sesungguhnya Allah SWT tidak menimpahkan musibah kepada mereka kecuali karena sesuatu makna yang terkandung didalamnya, diantara makna itu adalah

Pertama : Musibah yang turun adalah dampak dari apa yang dilakukan manusia yang melalaikan akan kuwajiban serta larangan dari Tuhanya, baik karena dosa-dosa mereka terkait dengan kekkufuran mereka, kedzaliman mereka, maupun kefasikan mereka, mereka enggan terikat dengan hukum-hukum al Quran,

ujian tersebut datang agar mereka sadar sesadar sadarnya akan perbuatan yang telah dilakukan, dan kembali kepada hokum-hukum Allah, sebagaimana firman Allah SWT “Katakanlah, Maka mengapa Allah menyiksa kamu? Melainkan karena dosa-dosamu”. Q.S. Al Maidah 18.

Firman yang lain “Masing-masing mereka itu kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur dan diantara mereka ada yang kami benamkan kedalam bumi dan diantara mereka ada yang kami tenggelamkan dan Allah sesekali tidak hendak menganiaya mereka akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri” Q.S.29:40

Kedua Merupakan musibah ujian keimanan, Melalui musibah yang diturunkan Allah ingin melihat siapa diantara hamba-hambanya yang beriman dan yang akan meminta tolong kepadanya dan siapa diantara mereka yang kufur dan meminta pertolongan selain Allah. Sebagaiman firmanya “Dan sungguh akan kami beri cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan berita gembira kepada mereka yang bersabar”. Q.S Al Baqoroh 155

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum dating kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebeum kamu?, mereka ditimpa oleh mala petaka dan kesengsaraan,. Mereka digoncang dengan berbagai macam cobaan sehingga berkata rosul dan orang-orang yang beriman bersamanya “bilahkah dating pertolongan Allah?, Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amatlah dekat”. Q.S. Al baqoroh 214

Ketiga karena tindakan mereka merusak tatanan kelestarian alam yang telah diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT untuk kemaslahatan bersama dan individu.Allah SWT berfirman “Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari yang lain akibat perbuatan mereka agar mereka kembali kejalan yang benar”. Q.S. Ar Ruum 41

Atas dasar ini Allah SWT mencicipkan adzab dengan segala jenis dan macamnya kepada manusia agar mereka memahami, mengerti, merenung, mawas diri, intropeksi atas kesalahan-kesalahan dan mau mengacu kepada hakikat kebenaran, Allah SWT berfirman “Katakanlah , Dialah yang berkuasa untuk mengirim adzab kepadamu dari atas kamu dari bawah kakimu dan Dia mencampurkan kamu kepada golongan-golongan yang saling bertentangan dan mencicipkan kepada sebahagian yang lain, perhatikanlah, betapa kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran kami silih berganti agar mereka memahami.”.Q.S Al An’am 65.

Sebagai umat islam yang rindu akan kehidupan aherat yang telah dijanjikan ada yang perlu kita catat bahwa kita harus sabar karena semuanya berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah kapan saja, dimana saja, dan dengan cara apa saja, kita akan dikatagorikan sabar sebagaimana firmanya “yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan Inna Lillahi Wainna Ilaihi Rojiun Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadanyalah kami kembali

Alangkah untungnya jika kita menerima musibah yang menimpa itu sebagai peringatan agar kit amawas diri dan memperbaiki diri dan sebagai ujian bagi meningkatkan kesabaran, tawakal dan kedekatan kita kepada Allah SWT.

Wallahu A’lam

0 komentar: