Bahtera Ampunan

“Bagaimanakah nanti apabila mereka kami kumpulkan dihari kiamat yang tidak ada keraguan tentang adanya dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakanya sedang mereka tidak di aniaya/dirugikan” Q.S. Ali Imron 25

Teringat akan kisah yang menakjubkan yang diriwayatkan oleh Abu said Sa’ad bin Malik bin Sinan Al Khudlori RA bahwasanya nabi Muhammad SAW bersabda “Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang telah membunuh 99 jiwa, lalu ia bertanya tentang orang yang paling alim dimuka bumi ini, maka ditunjukanlah ia kepada seorang ahli ibadah (Rahib), bergegaslah ia mendatangi Rahib tersebut dan berkata “Wahai rahib…Jika ada orang yang telah membunuh 99 jiwa apa taubatnya bisa diterima?, sang Rahib pun menjawabnya “Tidak”. Hingga pada ahirnya orang tersebut dengan teganya membunuh sang rahib tersebut. Maka genaplah sudah ia telah membunuh 100 jiwa. Kemudian ia kembali bertanya tentang orang yang paling alim dimuka bumi ini lagi, lalu ia ditunjukan kepada seseorang yang alim dan ia berkata “jika ditemukan seseorang telah membunuh 100 jiwa apakah masih ada pintu taubat baginya? Orang alim itu menjawabnya “Ya… siapakah yang menghalanginya untuk bertaubat?, Pergilah kedaerah ini karena disana terdapat sekelompok orang yang menyembah Allah, maka sembahlah Allah bersama mereka dan janganlah kembali kedaerahmu yang dulu karena daearah tersebut adalah daerah yang jelek. Laki-laki ini lantas bergegas pergi menuju tempat yang ditunjukan oleh orang alim tersebut. Ketika sampai ditengah perjalanan maut menjemputnya. Maka terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab, Malaikat rahmat berkata “Orang ini pergi untuk bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah SWT” . Sedangkan Malaikat Adzab berkata “Sesungguhnya orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikitpun “. Lalu datanglah malaikat lain yang menjelma dalam bentuk manusia dan merekapun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai juru damai. Malaikat ini berkata “Ukurlah jarak antara kedua jarak tersebut (jarak antara tempat ia menjalankan kejelekan dengan jarak yang ia mau menuju kebaikan) dan ternyata jarak yang ia tuju untuk kebaikan itu lebih dekat hingga pada ahirnya ruhnya dibawa oleh Malikat rahmat” H.R. Bukhori

Masih terbuka pintu Taubat

Wahai saudaraku…… barangkali tidak kita sadari mungkin kita telah banyak berbuat kerusakan dimuka bumi ini, pembunuhan, dan pengrusakan, serta kemaksiatan, dalam edisi yang lalu telah disampaiakna diantara sekian musibah yang diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia dimuka bumi ini bisa jadi karena adanya kemaksiatan dan pengrusakan alam, bencana yang turun akibat ulah tangan-tangan manusia, kita bisa merasakan musibah yang terus menerus, barang kali belum hilang dari bayangan kita sudah turun musibah yang lainya musibah yang susul menyusul,dan jika musibah itu datang maka tidak pandang bulu, ia bisa menimpa orang yang buruk sekaligus menimpa pada orang yang sholeh. Allah SWT memperingatkan “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak husus menimpa orang-orang yang dzalim saja diantara kamu dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya”.Q.S. Al Anfal 25. hal ini seakan-akan Allah SWT menunjukan kepada kita bahwa selama ini Allah telah tumpahkan kasih sayang Nya kepada kita, tetapi disisi lain kita telah bangga melakukan dosa-dosa baik yang pejabat berdosa dengan kekuasaannya dengan bersikap tidak adil, pedagang melakukan kemaksiatan dengan perdaganganya (bersikap curang dan mengurangi timbangan), dan bahkan rakyatpun melakukan kemaksiatan dengan tidak menghargai atau memperhatikan serta mentaati aturan yang ditetapkan hingga mengganggu dan menindas yang lain yang dianggap lemah.. Kapan kita akan memasuki pintu taubat ?. cerita diatas memberikan pelajaran akan seorang laki-laki yang telah membunuh 100 nyawa ternyata jika ia serius memohon ampun pada ahirnya diampuni Allah SWT. Kalau demikian kenapa kita harus berputus asah dari pintu rahmat Allah dan ampunanya yang begitu luas? Masalahnya adalah apakah gaung Taubat itu masih terbetik dalam hati sanubari kita? atau justru kita semakin bangga dengan melakukan dosa-dosa lain yang lebih besar?

Hikam

Pertama : semua manusia punya keinginan untuk berbuat baik sebagaimana yang telah ditetapkan Allah SWT akan kecendrungan manusia selalu ingin berbuat baik, keinginan itulah yang kadang sering dikalahkan oleh hawa nafsu kita hingga hati kita terlupakan dan terjerumus menjalankan kesesatan, kesadaran yang dinantikan kadangkala tidak kunjung jua, yang ada adalah berbuat dosa, selagi manusia mau berbuat taubat maka pintu rahmat dan taubat Allah SWT terbuka lebar bagi siapa saja yang mau bertaubat “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik Namun Dia akan mengampuni dosa-dosa dibawa syirik bagi siapa yang dikehendaki”.Q.S. An Nisa 48

Allah mengampuni dosa-dosa dibawah syirik apabila Dia menghendaki artinya bahwasanya pendapat mayoritas para ulama dan ayat ini menunjukan akan keutamaan ikhlas yang merupakan sebab diampuninya dosa

Kedua : orang yang berbuat maksiat kadang lebih mudah tergugah hatinya untuk bertaubat kepada Allah daripada ahli bid’ah karena ia merasa berbuat salah, berbeda dengan ahli bid’ah yang menyakini dan menganggap tidak berbuat salah hingga hatinya tidak tergugah untuk intropeksi diri apalagi bertaubat

Ketiga orang yang berilmu dan beramal lebih utama dari pada orang yang ahli ibadah karena orang yang ahli ibadah tetapi bodoh apalagi tidak mengerti akan ilmu-ilmu maka sangat rawan sekali itu terkelabuhi oleh makar-makar syetan yang terkutuk dan kadang dengan kejahilanya ia berbuat keliru karena hanya menuruti prasangka semata. Karenanya orang yang akan berfatwa untuk umat harus memiliki ilmu agar tidak membuat kerusakan yang lebih besar dan menyesatkan

Keempat : Orang yang ingin menghendaki kemuliyaan hendaknya ia hijrah dari lingkunganya yang jelek menuju tempat yang bisa mengkondisikan dia untuk bisa beribadah, hijrah dari teman yang tidak baik, hijrah dari omongan yang tidak baik, bahkan hijrah dari tempat tinggal yang tidak baik dengan bergaul pada orang-orang baik (sholeh) akan menyebabkan iman menjadi kuat dan tipu daya syetan makin lemah

Maha Luas Ampunan-Nya

Allah SWT berfirman dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Anas RA telah berkata “saya telah mendengar rosulullah SAW bersabda “sesungguhnya Allah SWT berfirman “Hai anak Adam….. Sungguh seandainya kamu datang menghadap-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi dan kau datang tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatupun Sungguh Aku akan mendatangimu dengan pengampunan sepenuh bumi pula”. H.R. Tirmidzi dan dikatakan oleh Imam Al bani sebagi hadits Hasan dalam Sohihul Jami’

“Dan ingatlah kisah Dzun Nun (Yunus AS) ketika ia pergi dalam keadaan marah lalu ia menyangka bahwa kami tidak akan mempersempitnya / menyulitkanya, maka ia menyeruh dalam keadaan yang sangat gelap “Bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dzolim”. Q.S. Al Anbiya’87

Dosa-dosa yang tak terampuni

Hadits diatas menjelaskan kalau seandainya ada seorang hamba berjumpa dengan Allah Ta’ala dengan dosa sepenuh bumipun niscaya pintu taubat senantiasa terbuka kecuali dosa syirik.

Imam Ibnu katsir memberikan penjelasan dalam kitabnya akan surat An Nisa ayat 48 diatas “Bahwasanya Allah SWT menghabarkan tidak akan mengampuni dosa syirik yang artinya Dia tidak akan akan mengampunimu dengan-Nya dalam keadaan mendua

Imam Ibnul qoyyim berkata “Dengan ayat ini maka jelaslah bahwasanya syirik adalah dosa yang paling besar karena Allah tidak mengampuni dosa syirik adapun dosa–dosa yang lain yang tingkatanya ada dibawahnya maka itu tergantung kehendaknya jika dia menghendaki maka orang yang bertemu denganya dengan membawa dosa tersebut akan diampuni. Tetapi jika Allah menghendaki orang tersebut disiksa akibat dosa-dosanya dan hal ini tentu saja membuahkan rasa takut yang amat dalam bagi seorang hamba . Karena itu syirik adalah keburukan yang paling buruk , kedzaliman yang paling dzalim, dan merupakan pelecehan terhadap Tuhan Robbul Alamin dan memalingkan hak yang seharusnya hanya dipersembahkan kepadaNya ditujukan kepada selaiNya dan mensejajarkan selaiNya dengaNya (fathul Majid karya Syeh Abdurrahman bin Hassan.

----------------------------------------------------------------

Cerita diatas memberikan pelajaran akan seorang laki-laki yang telah membunuh 100 nyawa ternyata jika ia serius memohon ampun pada ahirnya diampuni Allah SWT. Kalau demikian kenapa kita harus berputus asah dari pintu rahmat Allah dan ampunanya yang begitu luas?

0 komentar: