ROJAB PEMBUKA SUKSES

Allahumma bariklanaa fii rojaba wasya’bana, wa ballighna romadlonaa….”Yaa Allah berikan kami keberkahan tetkala masuk dibulan rojab dan bulan sya’ban dan sampaikanlah usia kami menjumpai bulan Romadlon…”(H.R. Ahmad dan Bazzar.

Ditengah hiruk-pikuk suasana, dampak kenaikan BBM terasa dimana-mana, pekerjaan semakin sulit didapat, sementara kebutuhan terus meningkat, kekerasan kita temukan dimana-mana, banyak orang menghalalkan cara demi meraih sukses dan mendapatkan upah, tidak ada salahnya kita mencoba menengok kembali perjalanan hidup kita pada waktu lalu, sebagai bahan evaluasi diri, dan perjalanan kita terasa amat cepat dengan tidak terasa kita sudah memasuki bulan Rojab (yang berarti kurang dua bulan lagi kita ketemu dengan romadlon) sudahkah kita persiapkan diri kita? Agar menjadi orang yang mulia? Doa ini yang diajarkan Rosululah SAW kepada kita semua, tetkala kita memasuki bulan Rojab dan Sya’ban sebagai awal pembuka sukses di bulan-bulan berikutnya, Sungguh indah makna yang terkandung dalam do’a tersebut, sering kita memikirkan bahwa kita bisa saja setiap saat mengalami kematian, dimana saja, kapan saja yang akan mengubur cita-cita dan sebagai bukti ketidak berdayaan kita..

Kedua bulan itu termasuk waktu-waktu yang sangat dianjurkan oleh Rosulullah SAW untuk memperbanyak ibadah, sebagaian masyarakat berpendapat bahwa bulan rajab memiliki kehususan tertentu sehingga masyarakat dari zaman ke zaman telah melakukan berbagai acara husus untuk mengagungkannya..

Tradisi jahiliyah

Diantra tradisi yang pernah terjadi pada zaman jahiliyah adalah mereka menganggap bulan rajab adalah sebagai bulan kesialan dalam hidup mereka, baik sial dalam berusaha, sial dalam berumah tangga, sial dalam usianya, sehingga untuk menepis kesialan tersebut mereka harus melakukan suatu upacara dan ritualan dengan memotong kambing dan membuat sesaji yang nantinya akan dijadikan tumbal dalam hidupnya yang dinamakan Al Athiroh, peristiwa semacam ini sedikit banyak masih melekat dikalangan atau peradaban masyarakat kita dimana mereka perlu membuat sesaji dan ritual tertentu dalam menghilangkan kesialan dirinya.

Bulan Mulia

Rojab diambil dari bahasa “Rojaba Al Rojulu Rojaban” yang artinya seseorang yang telah mengagungkan dan memuliyakan , dinamai rajab karena mereka dahulu sangat mengagungkanya yaitu dengan tidak menghalalkan perang dibulan tersebut. Islam berpendapat bahwa tidak ada satu bulanpun yang mendatangkan kesialan kepada manusia.

Tentang keutamaan bulan Rajab Allah SWT berfirman yang artinya “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan hurum. Itulah ketetapan agama yang lurus maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu”. Q.S. At Taubah ayat 36.

Rosulullah SAW bersabda yang artinya “Bulan Rojab adalah bulan Allah yang Agung dan bulan kemuliaan, didalam bulan ini perang dengan orang kafir diharamkan, rojab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Romadlon adalah bulan bagi umatku.”

Imam At Thobari berkata “Bulan itu ada dua belas bulan, empat diantaranya merupakan bulan hurum (mulia) dimana orang-orang jahiliyah dahulu mengagungkan dan memuliyakan, mereka mengharamkan peperangan pada bulan tersebut hingga seandainya ada seseorang yang bertemu dengan pembunuh bapaknya dia tidak akan menyerangnya, bulan empat itu adalah Rojab Mudlorr, dan tiga bulan berurutan Dzul Qo’adah, Dzul Hijjah, Muharrom.” Demikian yang dinyatakan dalam hadits-hadits rosulullah tentang keutamaan bulan rojab tersebut dan masih banyak hadit-hadits yang lainya .

Beda pendapat dalam memuliyakan rajab.

Memang benar keutamaan bulan dalam kalender hijriyah itu bertingkat-tingkat, juga hari-harinya, misalnya bulan Romadlon lebih utama dari semua bulan, hari jumat lebih utama dari semua hari, malam lailatul qodar lebih utama dari semua malam dan lain sebagainya. Dengan adanya kemuliyaan itu sehingga berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memuliyakannya, yang harus dipahami bahwa dasar pemuliyaan tersebut harus sesuai dengan syariat yang telah ditentukan. Jadi manakala ada yang hendak bermaksud memuliyakan bulan rojab dengan aktivitas yang melanggar syariat misalnya mengandung unsur kesyirikan jelas dilarang oleh islam, bisa jadi kegiatanya sama tetapi jika niatnya berbeda maka dalam penilaian Islam hal itu jelas berbedah, sebagai contoh ketika penduduk jahiliyah beranggapan bahwa untuk menghilangkan sial di bulan Rojab mereka memotong kambing sebagai tumbal keselamatan , ketika hal itu disampaikan kepada rosulullah SAW maka Beliau justru memerintahkan umatnya untuk menyembelih kambing juga tetapi dengan niatan yang berbeda, beliau bersabda “Potonglah kambing- kambing kalian hanya karena Allah semata dan potonglah kambing kalian pada bulan apa saja yang kamu sukai”. H.R. Sohihaini

Tetapi sementara ini dikalangan umat Islam masih terjadi perbedaan pendapat mengenai amalan-amalan dibulan rajab meskipun dasar pemikiranya beralasan dari hadits atau fatwa para ulama’, ada yang berpendapat bahwa amalan yang boleh dilakukan pada bulan rajab hanyalah amalan yang didasarkan atas Al Qur’an dan hadits soheh serta dilakukan oleh rosulullah SAW saja,

Bagaimana kita bersikap?

Terlepas adanya dari perbedaan pendapat, kemuliaan bulan rojab telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rosul-Nya untuk kesejahtraan manusia di dunia dan di aherat, karena tiga bulan yang berturut-turut yakni Rojab, sya’ban dan Romadlon adalah bulan dimana manusia mendidik dirinya untuk semakin dekat dengan Allah SWT tetapi bagaimana hukumnya dengan hadits yang dloif atau bahkan maudlu’? . Hadits dloif merupakan hadits yang lemah, hal ini bisa terjadi karena faktor isi (matan hadits) atau bisa jadi karena kondisi periwayat hadits (sanad perowi) yang dinilai lemah.

Oleh karena itu hadits ini bisa dijadikan dalil selain aqidah dan ibadah , karena hadits dloif bukanlah berarti hadits yang salah sehingga tidak dapat dipergunakan, bisa jadi kelemahan itu karena faktor-faktor yang lain, hal semacam itu telah diperjelas oleh banyak ulama’ hadits hususnya dalam ilmu mustolah hadits,

Sedangkan hadits maudlu’ adalah hadits palsu , jadi hadits ini jelas tidak dapat dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan amal apapun. Lalu bagaimana dengan amalan yang tidak pernah dilakukan oleh rosulullah SAW? Apakah hal itu dianggap bid’ah juga?,

.Bagaimana munkin kita mempersilahkan orang bermain musik, berjoged, antara laki-laki dan wanita yang bukan muhrimnya dan ada didepan mata kita?, sementara kita justru bersitegang dan berselisih pendapat hanya karena amalan-amalan sunah yang berisi pengajian , pembacaan kalimah thoyyibah, dzikir dan lainya hanya karena amalan tersebut didasarkan pada hadits yang dloif?. Bagaimana dengan sayyidina umar yang menentukan sholat terawih pada waktu isya’ (sore hari) padahal rosulullah melakukanya pada dini hari yang beliau sebut dengan bid’ah hasanah (bid’ah yang baik)?, dan bagaimana dengan sayyidina anas yang telah meriwayatkan dengan getol-getolnya hadits tentang qunut, sementara beliau sendiri tidak menjalankan qunut?

Wallahu ‘Alam

0 komentar: