Hati yang terpaut

Dan ingatlah akan nikmat Allah SWT kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah mempersatukan hati kamu lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah menjadi orang-orang yang bersaudara padahal kamu telah berada ditepi jurang neraka lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya”.
Q.S. Al Imron 103


Adakah yang lebih indah selain raca cinta dalam hidup ini?, sebuah rasa yang mampu menimbulkan getaran, mampu memacu semangat, dan mampu mengalahkan rasa segala-galanya. Rasa yang akan semakin membara pada hati yang saling berpaut, pernahkah kita merasakanya?, Sungguh rugi dalam hidup yang sekejap ini, jika kita tidak pernah merasakanya, betapa hampanya hidup ini jika tidak dihiasai rasa cinta

Siapapun kita, dimanapun kita berada, bagaimanapun kondisi kita akan selalu membutuhkan dan merindukan rasa cinta ini, rasa yang membuat hidup ini menjadi berwarna-warni dan berbunga-bunga tetapi perlu di ingat cinta ini bukanlah cinta ala Romeo dan Yuliet. Ini adalah rasa cinta yang sejati dan suci, cinta yang berasal dari terpautnya dua hati (Ta’liful qulub) diantara dua insan, yaitu cinta yang hanya semata-mata dilandasi karena mengharap ridlo Allah SWT,

Manusia makhluk sosial

Sebagai mahluk sosial manusia tidak akan bisa menghindarkan diri dari butuh terhadap orang lain, serta berinteraksi terhadap orang lain, tidak ada manusia yang mampu hidup sendiri selamanya . Nabi Adam pun gelisah ketika harus hidup sendirian di surga padahal segala kemewahan tersedia disana tetapi apalah artinya kemewahan jika tidak ada teman bercanda disana dan berbagi suka?. Begitulah sifat manusia, ketika Alllah SWT menciptakan ibunda hawa untuk menemani Nabi Adam AS, hilanglah sudah kegelisahan dan kesunyian itu , Bahkan ketika mereka akhirnya terusir kedunia karena tipuan syetan mereka masih mampu mengarungi kerasnya kehidupan, tiada lain karena ikatan hati yang mengukuhkan ikatan rasa cinta dan telah menjadikan kekuatan untuk terus berusaha mempertahankan hidup.

Sebagai hamba Allah sesungguhnya kita diciptakan hanya untuk beribadah, beragama sebagai manifestasi dari ibadah, hampir bisa dipastikan kita tidak bisa lepas dari hidup berjamaah (berinteraksi dengan orang lain), apapun bentuknya, apakah jamaah sholat, dakwah taklim, yasinan, dan sebagainya, jamaah ibarat bangunan rumah didalamnya kita bisa bernaung dari derasnya hujan, teriknya matahari, serta bercanda bersama keluarga, maka agar ada kehangatan dalam keluarga tersebut, dibutuhkan adanya ruh. Denga ruh maka hiduplah suasana keluarga, diantara ruh tersebut adalah

Pertama. Berpegang pada tali agama Allah SWT.

Dengan ruh ini kita sandarkan semua permasalahan hanya kepada Allah SWT yang telah membuat segala permasalahan yang ada didunia ini dan apapun yang kita lakukan hanyalah semata-mata untuk mencari keridloan Allah SWT, dan dengan ruh ini kita akan mencintai saudara kita dan akan keluar dari mulut kita ucapan Ana Uhibbukum Fillah (Aku mencintai kamu hanya semata-mata karena Allah SWT) tentunya ucapan ini tidak hanya berhenti dimulut saja akan tetapi terus kita upayakan sampai pada relung hati yang paling dalam

Kedua. Pertautan hati (Ta’liful Qulub) dan persaudaraan (ukhuwah)

ketika kita mampu mencintai karena Allah SWT maka akan muncul dalam pribadi kita pertalian hati yang tidak memandang nasab keturunan, setatus social, dan hal lain yang sifatnya materi, ketika ta’liful qulub terwujub maka rasa ghil (dendam) diminimalisir walau sulit dihilangkan sepenuhnya, dengan sendirinya tercipta persaudaraan yang semata-mata Karena mengharap ridlo Allah persaudaraan yang mampu membawa kita kepada ketaqwaan. Setiap kali kita memandang saudara kita mengingatkan kita kepada Allah SWT yang telah menciptakanya, dan sebaliknya disaat kita berlomba-lomba dalam kebaikan maka akan mudah terwujud, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran akan senantiasa menghiasi hari-hari kita, alangkah indahnya hidup ini jika kehidupan semacam itu terwujud dalam kehidupan kita saat ini, tidakkah kita berkeinginan untuk mengusahakanya?,

Kadang kita masih menyimpan ghil dengan saudara kita mingkin hanya karena dia lebih cantik dari kita, lebih popular, lebih pintar, dan banyak tanggung jawab serta prestasi atau karena dia beda jamaah/kelompok dan beda guru ngaji dengan kita. Akankah kita menyeruh tanpa berkeinginan memperbaiki diri kita sendiri? Paling tidak ada enam hal yang bisa dikerjakan dalam hidup kita sebagai dampak dari pertalian ruh dalam diri kita.

  1. Barang siapa saja yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat maka dia adalah sudara kita, janganlah kita memusuhinya apalagi mengkafirkanya dikarenakan tidak sepaham dengan diri kita
  2. Berbaik sangka dengan sesama saudara, karena pada dasarnya manusia hanya mampu melihat yang dhohir saja (sebatas penglihatanya) maka sepantasnya kita berusaha untuk berbaik sangka dengan menghindarkan segala bentuk suu’dlon (perasaan jelak.) Sesungguhnya berburuk sangka hanyalah akan menyiksa batin cukuplah Allah SWT yang mengetahui rahasia masing-masing hambanya hanya kepada Allah kita akan mempertanggng jawabkan diri kita masing-masing.
  3. Saling memberikan pertolongan dan perlindungan terhadap apa yang telah disepakati, siapa diantara kita yang mampu hidup sendiri? tentunya kita saling membutuhkan satu dengan yang lainya . Niatan karena Allah serta keterikatan hati, dan persaudaraan yang membuahkan rasa cinta akan selalu membimbing kita untuk peduli kepada saudara dan kita akan selalu siap berkata dengan saudara dengan ucapan “Hajah Hidmah/ adakah yang bisa saya bantu wahai saudaraku?”
  4. Memberikan udzur terhadap perkara yang tidak disenangi karena tidak ada manusia yang sempurna (no boody perfect) hanya keEgoisan yang menuntut seseorang akan kesempurnaan dari orang lain, dari kesadaran akan hal tersebut menjadikan kita akan menemukan sesuatu yang tidak kita senangi dari saudara kita apakah sikapnya, sifatnya, atau kinerjanya, butuh kelapangan dada untuk bisa menerima perkara yang tidak di senangi dari saudara kita selama perkara tersebut tidak bertentagan dengan syariat maka kita harus berupaya untuk selalu memberika udzur
  5. Tidak mempermasalahkan hal yang tidak prinsip dalam agama (furuiyah) karena kebenaran dan kebathilan amatlah jelas kalaupun ada perkara yang masih membutuhkan ijtihad maka kebebasan kita untuk mengikuti ijtihad tersebut mana yang kita sukai dengan konsekwensi bersungguh-sungguh karena ilmu Allah SWT amatlah luas laksan lautan yang jika dijadikan tinta untuk menulis ilmu Allah maka tidaklah akan habis ilmu Allah walau air laut tersebut sudah habis
  6. Selalu mendahulukan persatuan ketika menyadari sesama muslim adalah saudara saat itu kita akan selalu menuju kearah persatuan bukan justru memperbesar perbedaan yang ahirnya menimbulkan perpecahan

Ketiga Musyawarah

Sesungguhnya berpegang dengan tali Allah SWT serta pertalian hati dan persaudaraan akan menjadikan kita menyikapi segala permasalahan dengan bijaksana . Musyawarah akan selalu melandaskan aktivitas kita dalam menyelesaikan sebuah permasalahn sesungguhnya musyawarah tidak akan membawa kita kepada kesesatan hanya karena Egois (ananiyyah) yang membuat seseorang tidak mau bermusyawarah.

Wallahu A’lam



0 komentar: