Figur Pemimpin teladan

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah SWT, sehingga Allah SWT menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”.
Q.S. Al Hasyr 19


Kampanye pilpres telah dibuka, laksana genderang telah ditabuh pertanda perlombaan akan segera dimulai. Para jurkan masing-masing pilpres telah berorasi dan menawarkan sekian banyak program untuk bangsa, ada yang menjanjikan untuk mengangkat perekonomian rakyat kecil, ada lagi janji-janji yang di sampaikan untuk mewujudkan pendidikan yang gratis, janji kesejahtraan para pegawai dan masih banyak lagi program-program yang ditawarkanya, rakyatlah yang bisa memilih dan menentukan siapa diantara mereka–mereka (para capres) yang memang layak mendapatkan kepercayaan memegang amanah rakyat, disisi lain masih banyak kita jumpai pula trik-trik yang keji dengan mony politic misalnya atau dengan cara-cara busuk lainya, dan ada pula rakyat kecil yang belum bisa serta mengenal lebih dekat akan figure masing-masing capres tersebut,

Ketidak tahuan akan figure sang pemimpin, akan mengantarkan mereka salah pilih dalam pemimpinanya, maka idak heran jika aspirasai rakyat bawah tidak sampai pada atasanya. Ada sedikit cerit kecil tentang kesuksesan sang-pemimpin dari generasi masa lalu yang bersinar bak mutiara ditengah lautan atau laksana oase ditengah gersang padang sahara. Barangkali cerita singkat ini sedikit membantu kita dalam memilih dan menentukan pimpinan kita, dia adalah :.

Umar bin Abdul Aziz

Umat islam umumnya mengenal tokoh sejarah yang luhur ini, ia adalah Umar bin Abdul Aziz bin Abdullah bin Umar bin Khottob. ia popular dengan sebutan Umar II Umar I adalah sahabat Umar bin Khotob mbah buyutnya sendiri sahabat nabi sekaligus kholifah dizaman khulafaaur rosyidin dikenal sebagai panglima yang sholeh, jujur, tegas, pemberani dan bersahaja, jika beliau mau menumpuk harta dan menyimpan ribuan dinar tentulah amat mudah bagi beliau akan tetapi sebagai pemimpin yang bijak beliau tidak melakukakan itu semua yang dilakukan hanyalah semata-mata demi rakyatnya, Begitupun dengan Umar II yaitu Umar bin Abdul Aziz, Umar yunior ini adalah seorang kholifah (pemimpin tertinggi Negara) dinasti Umayyah pada ahir abad ke-7M dikenal dalam literature islam klasik sebagai pemimpin yang adil, bersahaja, jujur dan tak kenal kompromi.

Benih baik akan melahirkan orang yang baik pula

Tiada beriman(tidak sempurna imanya) seseorang yang tidak memegang amanah dan tidak ada agama (menjalankan agama dengan baik) bagi orang yang tidak memegang atas janji “H.R. Addailami. Menjelang dini hari pada suatu malam kholifah Umar bin Khotob RA disertai pengawalnya melakukan sidak kepinggiran kota, beliau mendengar pembicaraan dua orang wanita digubuk kecil. Sang ibu berkata “campur saja susunya dengan air”, anak gadisnya menjawab “tidakah Amirul mukminin Umar bin khotob telah mengeluarkan undang-undang dilarangnya mencampur susu dengan air wahai ibu?, sang ibu menimpali omongan “toh kholifah umar tidak akan tahu. Kalau kholifah umar tidak mengetahuinya akan tetapi Allah SWT yang Maha Agung pasti melihat nya? jawab sang anak gadis setengah membantah perintah ibunya
Dialog kedua insan ini teramat terkesan dihati sahabat Umar, esok harinya beliau menyuruh stafnya untuk menyelidiki kedua wanita tersebut setelah melalui penyelidikan yang yang intens ternyata diketahui bahwa perempuan tersebut telah ditinggal mati oleh suaminya dalam medan pertempuran dijalan Allah SWT ahirnya hidup mereka serba kekurangan karena tidak ada yang menanggung biaya hidupnya, singkat cerita ahirnya sahabat Umar berkeinginan meminang gadis tersebut untuk cucunya yang bernama Ashim pernikahan itulah yang ahirnya melahirkan seorang perempuan yang kelak akan dinikahi oleh abdul aziz bin marwan kholifah kelima yang amat tersohor kemudian melahirkan umar bin abdul aziz kholifah yang tersohor dan adil serta zuhud. Allah SWT berfirman “Dan ayahnya adalah seorang yang sholeh maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluaran simpananya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu” Q.S. Al Kahfi 82
Ayat ini yang meng-inspirasikan bahwa dengan kesolehan orang tua adalah salah satu sebab Allah mengangkat derajat seseorang, maka berbahagilah seseorang yang terlahir dari keluarga baik-baik karena hal itu sebagai satu langkah mereka mendapatkan kemudahan dalam meraih kemuliyaan dari Allah SWT

Berkah memegang amanah

Ketika umar bin Abdul Azizi mendapat promosi dari gubernur Madinah menjadi kholifah ia menangis tersedu-sedu hingga tak sadarkan diri ia mengatakan bahwa beban kewajiban seberat ribuan gunung telah diletakan kepundaknya padahal untuk mengurus diri sendiri ia merasa belum mampu apalagi diberi amanah mengurus umat yang amat komplek. Setelah Umar bin Abdul Azizi dilantik menjadi kholifah beliau pergi kemusholla dan menangis ketika ditanyakan penyebab tangisnya beliau menjawab aku memikul amanat umat ini dan aku tangisi orang-orang yang menjadi amanat atasku yaitu kaum fkir miskin yang lemah dan lapar ibnu sabil yang kehilangan tujuan dan terlantar, orang-orang yang didzolimi dan dipaksa menerimanya orang-orang yang banyak anaknya dan berat beban hidupnya karena itu aku menangisi diriku sendiri karena beratnya amanat atasku, ungkap Umar bin abdul aziz.
konon semasa ia menjabat sebagai kholifah hampir tak satupun makhluk dinegerinya yang kelaparan, dan hampir tak ada serigala yang mencuri ternak penduduk kota kemakmuran menyelimuti negeri itu hingga tidak ditemukan orang yang meminta-minta zakat karena mereka semua mampu untuk mengeluarkan zakat dan yang lebih mengagumkan lagi penjara terasa sepi hampir tak ada penghuninya semasa menjadi kholifah beliau berjanji dalam hatinya tidak akan mengecewakan amanah yang diembanya. Suatu hari seorang gubernur menulis surat yang intinya meminta dana untuk pembangunan benteng disepanjang kota, kholifah membalas suratnya apa manfaatnya membangun benteng? Bentengilah ibu kota dengan keadilan dan bersihkan jalan-jalanya dari kedzaliman dengan benteng keimanan itulah yang akan mampu mengantarkan kedamaian dan ketentraman, pepatah mengatakan seorang alim harus mengajar dirinya sebelum ia mengajar ilmu kepada orang lain, dan hendaknya mengajar prilakunya sebelum ia mengajar dengan ucapan-ucapanya,

Selektif dalam makan

Suatu hari kholifah umar bin Abdul Azizi mendapat hidangan makanan septong roti yang masih hangat harum dan membangkitkan selerah dari istrinya dari mana roti ini tanyanya buatan sendiri jawab sang istri berapa kamu habiskan untuk membeli terigu dan bumbu untuk membuat roti ini? Hanya tiga setengah dirham saja jawab istrinya aku ingin tahu asal usul benda yang akan masuk keperutku agar aku dapat mempertanggung jawabkan disisi Allah SWT. Nah uang setengah dirham itu dari mana? Setiap hari aku harus menyisihkan setengah dirham dari belanja yang telah engkau berikan wahai amirul mukminin sehingga dalam seminggu terkumpullah uang tiga setenga dirham cukup untuk membeli bahan-bahan roti yang halalan thoyiban kata istri kholifah sambil menjelaskan baiklah kalau begitu saya percaya asal usul roti ini halal dan bersih namun saya berpendapat lain ternyata biaya hidup kita setiap harinya perlu dikurangi setengah dirham agar kita tidak punya kelebihan yang membuat kita mampu membuat roti atas tanggungan umat tegas kholifah dan sejak hari itu Umar membuat intruksi kepada bendaharawanya baitul maal untuk mengurangi jatah harian keluarga Umar sebesar setengah dirham. saya juga akan berusaha mengganti roti itu agar perut saya kenyang dari gangguan perasaan karena telah memakan harta umat demi kepentingan pribadi sambung kholifah .



0 komentar: