Menyambut Tamu Agung

“ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” Q.S. Ali Imron 102

Kira-kira apa perasaan anda, ketika di beritahukan bahwa anda akan segera kedatangan tamu yang akan menginap di rumah anda untuk beberapa saat? Senang ataukah sebaliknya, merasa terganggu atas kedatangan tamu atau biasa-biasa saja?.
Jawabanya sih tergantung siapa tamunya. Jika tamunya biasa-biasa saja, barang kali kita juga biasa-biasa saja dalam penyambutanya. Padahal kita diperintahkan untuk memuliakan tamu. Tapi coba bayangkan, jika yang akan mendatangi kita adalah orang-orang yang kita cintai dan kita hormati, semisal bapak dan ibu, mertua, guru, atau teman dekat kita atau orang yang pernah berjasa dalam hidup kita. Apa yang harus kita lakukan?. Sudah barang tentu kita akan dengan senang hati menyambutnya. Tak perlu ditanyakan berapa lama mereka dirumah kita. Kita pun akan segera menyiapkan sebuah kamar terbagus untuk mereka, Merapikan dan menghiasnya, Kemudian menyiapkan jamuan istimewa untuk mereka. Serta siap memenuhi segala kebutuhan mereka, siap mengantar mereka kemenapun hendak pergi. Dan bila saat perpisahan itu datang, rasanya hati ini khawatir apakah service kita mengecewakan tamu tercinta kita apa sebaliknya membahagiakan tamu tercinta. Dan,… Pokoknya sedih deh!

Bulan keberkahan

Demikian Halnya kita saat ini. Kita sedang berada di gerbang seribu bulan. Bulan yang dimuliakan Allah SWT. Bulan yang ibadah wajibnya dilipatkan hingga 70 kali lipat dan ibadah sunah nya disamakan dengan ibadah wajib di bulan lain. Bulan penuh berkah, rahmat pengampunan serta pembebasan dari nafsu dan belenggu Syetan. Bulan yang terdapat didalamnya sebuah malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.
Bulan Suci Ramadhan akan segera tiba. Kadang banyak diantara kita yang merasa heran, kok waktu cepat sekali ya...?memang demikianlah karakter waktu, kalau kita tidak mencermatinya, maka ia akan melesat bak anak panah lepas dari busurnya. Dan…tanpa disadari… habislah waktu ramadlon.

Pertanyaanya sederhana saja: Apakah kita gembira, bahagia dan senang dengan kedatangan bulan ramadlon?
Apakah pertanyaan diatas bukan Bid’ah yang di ada-adakan. Apakah ada hubunyanya kecintaan dan kebahagiaan kita menyambut Ramadhan dengan amalan kita didalamnya?. Kita tak hendak mendiskusikan ini. Karna ada nilai pesan normatife yang lebih penting dari itu semua. Bila kita menjawab ya, senang dan gembira. Maka ilustrasi diatas akan membuka cakrawala bagaimana kita menyambut tamu yang kita hormati sekaligus kita cintai.

Pertanyaan berikutnya:Apa yang telah kita siapkan untuk menyambutnya. Apa yang kita punyai untuk menyambutnya. Seberapa jauh kita siap dan mempersiapkan keluarga kita untuk menyambutnya?
Bulan ramadlon yang pada hari harinya kita diwajibkan berpuasa adalah bulan yang diberkati. Bulan kebaikan, puasa bukanlah kesia-siaan. Puasa merupkan penolong yang akan menyelamatkan kita dari pedihnya siksa dihari kiamat, kelak. Untuk itu, selayaknya kita menyiapkan fisik dan mental untuk bisa menjalankan ritual penyucian jiwa ini. Rosulullah SAW bersabda “ Telah datang kepada kalian bula romadlon, bulan yang penuh berkah, Allah telah mewajibkan puasa atas kalian, didalamnya dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka jahim, diborgol dedengkot-dedengkot setan, dan didalamnya ada semalam yang lebih baik daripada seribu bulan, barang siapa terhalang kebaikan dibulan ini, maka ia terhalang dari rahmat Allah”. H.R. An Nasai

Pertanyaan berikutnya adalah: salah satu tujuan puasa Ramadhan adalah tercapainya ketaqwaan. Kita-kita Umat islam yang telah berpuasa selam 10-20 tahunan atau lebih kurang , semenjak kapan kita bisa merasa bahwa yang kita kerjakan betul-betul mencapai target taqwa tersebut?.
Barangkali kita kesulitan untuk merasa, Kapan kita mencapai target taqwa.
Pertanyaan sederhana berikutnya: Bagaimana dengan Ramadhan tahun kemarin? Bila jawabanya bahwasaya kita belum juga mencapai ketaqwaan, maka… kita mempunyai kesempatan untuk merealisasikanya tahun ini. Ya… Insya ALLOH kita mampu, asal ada kekuatan azam dan niat yang kuat. Kesempatan untuk mengukir prestasi.
Dan apabila jawabanya sudah maka alangkah sedihnya jika pada tahun ini prestasi kita menurun. Sungguh merugi dan sangat rugi.

Mereka yang merespon romadlon

Ada empat golongan dan type manusia serta sikap mereka dalam menyambut bulan Ramadhan:
Pertama adalah Mukmin yang sungguh-sungguh. Mereka adalah orang-orang yang menangkap bulan ini adalah peluang untuk melejitkan prestasi dahadapan Allah SWT. Maka kita menjumpai orang-orang seperti ini senantiasa merasakan detik-detik Ramadhan sangat berharga. Mereka selalu berada dalam ketaatan, kalau tidak sedang shalat, baca Al-Qur’an, Dzikir, saling menolong dan menasehati, memenuhi kebutuhan saudara dsb. Tak ada waktu terlewat kecuali untuk sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat.

Kedua adalah: Segolongan orang yang niatnya baik, akan tapi himmah dan azamnya lemah. Orang ini berniat menargetkan berbuat sesuatu dibulan Ramadhan. Mereka punya tekad berbuat baik. Tetapi karena azamnya lemah maka hanya bertahan pada awal-awal bulan saja. Kemudian mereka tidak merasakan kehadiran tamu ini. Baik hanya diawalnya saja setelah itu ketahuan aslinya.

Ketiga adalah: Orang yang biasa-biasa saja. Artinya kedatangan Ramadhan tidak memeberi bekas sama sekali dalam kehidupanya, tiada yangberkesan dalam benaknya apalagi inginn merubah dirinya menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Kalau ibarat tamu, ia di cuekin. Sedih!

Ke empat adalah: Orang-orang yang tidak menyukai kedatangan Ramadlan. Karena Ramadlan dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk memuaskan hawa nafsu dan segala keinginan. Mereka dengan terpaksa menerima kedatangan tamu ini tapi susungguhnya hatinya amat membenci. Lebih parah dari pada ini Orang yang tidak menghormati sama sekali adanya bulan Ramadlan. Dengan sengaja menginjak-injak kesucian dan kehormatanya. Kadang makan serta minum disiang bolong ditempat keramain tanpa malu sedikitpun dengan orang yang ada disekitarnya.

Kembali kita Tanya diri kita sendiri. Kita berada di bagian mana dari keempat type diatas. Jangan sampai kita berada dalam keadaan sebagaimana yang telah di sabdakan Roslullah SAW “Rugi dan meranalah orang yang menjumpai Ramadhan tapi dosanya belum di ampuni”.
Sedang para sahabat Rasullah SAW. Setengah tahun setelah berpisah dengan Ramadhan mereka senantiasa berdoa. : ‘Ya Alloh terimalah amalan dan puasa kami di bulan Ramadhan”.Setengah tahun kemudian mereka berdoa:”Ya Alloh sampaikan umur kami hingga kami menjumpai Ramadhan”. Ya, karena mereka tahu penting dan berharganya Ramadhan karenanya berharap sepanjang tahun adalah bulan Ramadhan. Karena mereka sangat mencintai Ramadhan. Gembira ketika tamu Agung itu datang.

Bagaimanakah kita? Mudah-mudahan ditahun ini kita menjadi orang-orang yang senang serta bahagia akan datangnya bula suci romadlon dan bisa mempersiapkan diri dengan kesiapan yang matang sacara fisik dan mental. Karena kita masih punya waktu itu semua. Teriring doa Marhaban Yaa Romadlon, Marhaban Yaa Romadlon Jud lana bil Ghufron, Selamt datang bulan Ramadlon, selamat datang bulan Romadlon, Mudahkan kami untuk menggapai pengampuan-Mu

Wallahu A’lam