Tausiyah KH M. Ihya Ulumiddin - Muhasabah

Alhamdulillah, kemarin pada hari Sabtu, 13 Juni 2009, Telah diadakan acara Tausiyah 2 bulanan di PPMIC Alawiyah, yang langsung di sampaikan oleh KH. M Ihya Ulumiddin
(Pengasuh PP Nurul Haromain, Pujon Malang). Untuk audio, bisa di coba di halaman media, smoga dapat bermanfaat bagi kita smua. Amin.
-------------------------------------






Taushiah Vol XII Edisi 122


محاسبة النفس على التفريط فى جنب الله تعالى



Muhasabah, Koreksi diri adalah pohon yang membuahkan taubat yang merupakan salah satu pintu dari berbagai pintu rahmat yang telah disipakan oleh Allah bagi setiap orang yang memiliki keinginan meniti jalan lurus dalam Suluk menuju ridho Allah dan tidak berbuat teledor di sisiNya demi kelanggengan hubungan dengan Tuhannya.Inilah dasar beramal dan sumber segala kesholehan amal perbuatan. Karena itulah Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“QS al Hasyr:18.

Seorang mukmin yang terbina sangat bertanggung jawab kepada dirinya yang kelak akan dihisab oleh Allah. Ini karena ia memahami sebab-sebab yang memperbaiki hatinya untuk mengingat Allah. Di antara sebab-sebab itu ialah:

1). Pemahamannya bahwa kemuliaan seluruhnya hanyalah milik Allah sebagaimana pujian tidak seyogya kecuali bagiNya. Allah ta’ala berfirman: “ Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya” QS Fathir:10.

Jadi kemuliaan bukan dengan harta benda, pangkat kedudukan ataupun keturunan, tetapi kemuliaan bisa diraih hanya dengan al Kalim at Thayyib; yaitu kalimat tauhid dan seluruh ibadah-ibadah lisan yang disertai amal shaleh yang bekerja (berfungsi) untuk meninggikan dan menjayakannya (baik dalam wilayah individu, keluarga, masyarakat dan negara).

2). Pemahamannya bahwa seluruh makhluk adalah keluarga Allah dan yang paling dicintai olehNya dari mereka adalah mereka yang paling memberi manfaat kepada keluargaNya sebagaimana diriwayatkan dalam hadits-hadits. Karena itulah Fudhel bin Iyadh mengatakan: “Di kalangan kami orang yang mendapatkan (derajat kewalian) tidak mendapatkannya dengan banyak puasa atau shalat. Tetapi ia mendapatkan dengan jiwa yang dermawan (Sakha’ an nafs), hati yang selamat (Salamatusshadri) dan berkehendak baik untuk umat (an nush lil ummah). Ini karena ibadah orang yang beribadah hanya menjadi miliknya sendiri sementara kedermawanan orang yang dermawan menjadi milik banyak orang. Sungguh telah dikatakan: Sesuatu yang menular lebih utama daripada yang tidak menular”. Musa bin Isa Ad Dinawari berkata: “Berderma dengan apa yang ada merupakan puncak kedermawanan. Sedang kikir dengan apa yang ada adalah bentuk buruk sangka kepada Dzat yang disembah”

3). Pemahamannya akan kewajiban merespon anugerah dan rahmat Allah dengan kegembiraan yang diikuti dengan pujian atasNya serta pengakuan akan pemberianNya. Bukan malah berbangga diri menyambut anugerah dan rahmat tersebut. Ini berdasarkan firman Allah, “Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembir kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan"QS Yunus:58. Inilah Nabi Sulaiman alaihissalam, Beliau berkata: “Ini adalah dari anugerah Tuhanku apakah aku bersyukur atau kufur…”QS an Nahl: 4, berbeda dengan Qarun yang berkata: “diberikan kepadaku (semua ini) adalah hanya karena ilmu yang ada padaku “QS al Qashash: 78.
Beginilah, bangga diri (Ujub) memang serupa dengan bergembira (Farah). Karenanya barang siapa yang bergembira dengan kataatan karena ketaatan itu muncul dari dirinya maka sungguh ia telah kedatangan Ujub. Berdasarkan firman Allah: “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…“QS al Bayyinah:5.

Kesempurnaan Maqam Ikhlash didapatkan dengan kesaksian seorang hamba bahwa peranannya di dalam sebuah amal shaleh darinya tidak lebih hanyalah nisbat taklif serta tidak pula datang kepadanya bencana amal (aafaatul amal) yang ada tiga; Ujub, Riya’ dan Sombong. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang bergembira karena kebaikannya dan susah karena keburukannya maka dia-lah orang yang (benar-benar) beriman”(HR Thabarani- al Jami’ as Shaghir 2/173) maksudnya bergembira sebab ketaatan dan sedih akibat kehilangan ketaatan adalah di antara tanda-tanda keimanan. Tetapi, kegembiraan sebab ketaatan itu harus berasal dari sisi di mana ketaatan itu adalah anugerah Allah dan taufiq dariNya sebagaimana kesedihan atas hilangnya ketaatan juga harus dibarengi dengan usaha menjalankannya atau sedih karena kendor dan teledor menetapinya.
Adapun seorang yang tidak merasa sedih atas hilangnya ketaatan dan tidak menyesal karena telah bermaksiat maka itu menjadi pertanda kematian hatinya.

4). Pemahamannya bahwa Shidiq bersama Allah adalah dasar keberuntungan sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Ia pasti beruntung jika ia jujur”Muttafaq alaih. Sungguh Alqur’an telah mendorong kepada pertemanan dengan ahli shidiq karena pertemanan ini memiliki nilai kemuliaan, “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan tempatkanlah dirimu bersama orang-orang yang jujur”QS at Taubah: 119 sebagaimana pula diisyaratkan dalam do’a Nabi Yusuf alaihissalam: “…wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh “QS Yusuf:101.

Atas dasar ini maka memilih teman, sahabat dan kawan akrab yang shaleh adalah bagian dari urgensi kehidupan di masa seperti sekarang ini yang tepat dikatakan, “Masa seperti halnya pelakunya sementara pelakunya seperti yang kamu lihat”- semata demi keselamatan agama dan berlari dari ujian-ujiannya. Dikatakan: ”Halal itu sebelum harta, tetangga sebelum rumah dan teman sebelum perjalanan” Lantas, siapakah teman dan sahabat anda? Dialah orang jujur kepada anda dan bukan orang yang selalu membenarkan anda.
Seseorang dikenal dengan temannya sebagaimana dikatakan:
Jangan bertanya tentang seseorang, tanyakanlah tentang temannya, karena setiap teman selalu mengikuti orang yang bersamanya.


-والله يتولى الجميع برعايته-





Hati yang terpaut

Dan ingatlah akan nikmat Allah SWT kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah mempersatukan hati kamu lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah menjadi orang-orang yang bersaudara padahal kamu telah berada ditepi jurang neraka lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya”.
Q.S. Al Imron 103


Adakah yang lebih indah selain raca cinta dalam hidup ini?, sebuah rasa yang mampu menimbulkan getaran, mampu memacu semangat, dan mampu mengalahkan rasa segala-galanya. Rasa yang akan semakin membara pada hati yang saling berpaut, pernahkah kita merasakanya?, Sungguh rugi dalam hidup yang sekejap ini, jika kita tidak pernah merasakanya, betapa hampanya hidup ini jika tidak dihiasai rasa cinta

Siapapun kita, dimanapun kita berada, bagaimanapun kondisi kita akan selalu membutuhkan dan merindukan rasa cinta ini, rasa yang membuat hidup ini menjadi berwarna-warni dan berbunga-bunga tetapi perlu di ingat cinta ini bukanlah cinta ala Romeo dan Yuliet. Ini adalah rasa cinta yang sejati dan suci, cinta yang berasal dari terpautnya dua hati (Ta’liful qulub) diantara dua insan, yaitu cinta yang hanya semata-mata dilandasi karena mengharap ridlo Allah SWT,

Manusia makhluk sosial

Sebagai mahluk sosial manusia tidak akan bisa menghindarkan diri dari butuh terhadap orang lain, serta berinteraksi terhadap orang lain, tidak ada manusia yang mampu hidup sendiri selamanya . Nabi Adam pun gelisah ketika harus hidup sendirian di surga padahal segala kemewahan tersedia disana tetapi apalah artinya kemewahan jika tidak ada teman bercanda disana dan berbagi suka?. Begitulah sifat manusia, ketika Alllah SWT menciptakan ibunda hawa untuk menemani Nabi Adam AS, hilanglah sudah kegelisahan dan kesunyian itu , Bahkan ketika mereka akhirnya terusir kedunia karena tipuan syetan mereka masih mampu mengarungi kerasnya kehidupan, tiada lain karena ikatan hati yang mengukuhkan ikatan rasa cinta dan telah menjadikan kekuatan untuk terus berusaha mempertahankan hidup.

Sebagai hamba Allah sesungguhnya kita diciptakan hanya untuk beribadah, beragama sebagai manifestasi dari ibadah, hampir bisa dipastikan kita tidak bisa lepas dari hidup berjamaah (berinteraksi dengan orang lain), apapun bentuknya, apakah jamaah sholat, dakwah taklim, yasinan, dan sebagainya, jamaah ibarat bangunan rumah didalamnya kita bisa bernaung dari derasnya hujan, teriknya matahari, serta bercanda bersama keluarga, maka agar ada kehangatan dalam keluarga tersebut, dibutuhkan adanya ruh. Denga ruh maka hiduplah suasana keluarga, diantara ruh tersebut adalah

Pertama. Berpegang pada tali agama Allah SWT.

Dengan ruh ini kita sandarkan semua permasalahan hanya kepada Allah SWT yang telah membuat segala permasalahan yang ada didunia ini dan apapun yang kita lakukan hanyalah semata-mata untuk mencari keridloan Allah SWT, dan dengan ruh ini kita akan mencintai saudara kita dan akan keluar dari mulut kita ucapan Ana Uhibbukum Fillah (Aku mencintai kamu hanya semata-mata karena Allah SWT) tentunya ucapan ini tidak hanya berhenti dimulut saja akan tetapi terus kita upayakan sampai pada relung hati yang paling dalam

Kedua. Pertautan hati (Ta’liful Qulub) dan persaudaraan (ukhuwah)

ketika kita mampu mencintai karena Allah SWT maka akan muncul dalam pribadi kita pertalian hati yang tidak memandang nasab keturunan, setatus social, dan hal lain yang sifatnya materi, ketika ta’liful qulub terwujub maka rasa ghil (dendam) diminimalisir walau sulit dihilangkan sepenuhnya, dengan sendirinya tercipta persaudaraan yang semata-mata Karena mengharap ridlo Allah persaudaraan yang mampu membawa kita kepada ketaqwaan. Setiap kali kita memandang saudara kita mengingatkan kita kepada Allah SWT yang telah menciptakanya, dan sebaliknya disaat kita berlomba-lomba dalam kebaikan maka akan mudah terwujud, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran akan senantiasa menghiasi hari-hari kita, alangkah indahnya hidup ini jika kehidupan semacam itu terwujud dalam kehidupan kita saat ini, tidakkah kita berkeinginan untuk mengusahakanya?,

Kadang kita masih menyimpan ghil dengan saudara kita mingkin hanya karena dia lebih cantik dari kita, lebih popular, lebih pintar, dan banyak tanggung jawab serta prestasi atau karena dia beda jamaah/kelompok dan beda guru ngaji dengan kita. Akankah kita menyeruh tanpa berkeinginan memperbaiki diri kita sendiri? Paling tidak ada enam hal yang bisa dikerjakan dalam hidup kita sebagai dampak dari pertalian ruh dalam diri kita.

  1. Barang siapa saja yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat maka dia adalah sudara kita, janganlah kita memusuhinya apalagi mengkafirkanya dikarenakan tidak sepaham dengan diri kita
  2. Berbaik sangka dengan sesama saudara, karena pada dasarnya manusia hanya mampu melihat yang dhohir saja (sebatas penglihatanya) maka sepantasnya kita berusaha untuk berbaik sangka dengan menghindarkan segala bentuk suu’dlon (perasaan jelak.) Sesungguhnya berburuk sangka hanyalah akan menyiksa batin cukuplah Allah SWT yang mengetahui rahasia masing-masing hambanya hanya kepada Allah kita akan mempertanggng jawabkan diri kita masing-masing.
  3. Saling memberikan pertolongan dan perlindungan terhadap apa yang telah disepakati, siapa diantara kita yang mampu hidup sendiri? tentunya kita saling membutuhkan satu dengan yang lainya . Niatan karena Allah serta keterikatan hati, dan persaudaraan yang membuahkan rasa cinta akan selalu membimbing kita untuk peduli kepada saudara dan kita akan selalu siap berkata dengan saudara dengan ucapan “Hajah Hidmah/ adakah yang bisa saya bantu wahai saudaraku?”
  4. Memberikan udzur terhadap perkara yang tidak disenangi karena tidak ada manusia yang sempurna (no boody perfect) hanya keEgoisan yang menuntut seseorang akan kesempurnaan dari orang lain, dari kesadaran akan hal tersebut menjadikan kita akan menemukan sesuatu yang tidak kita senangi dari saudara kita apakah sikapnya, sifatnya, atau kinerjanya, butuh kelapangan dada untuk bisa menerima perkara yang tidak di senangi dari saudara kita selama perkara tersebut tidak bertentagan dengan syariat maka kita harus berupaya untuk selalu memberika udzur
  5. Tidak mempermasalahkan hal yang tidak prinsip dalam agama (furuiyah) karena kebenaran dan kebathilan amatlah jelas kalaupun ada perkara yang masih membutuhkan ijtihad maka kebebasan kita untuk mengikuti ijtihad tersebut mana yang kita sukai dengan konsekwensi bersungguh-sungguh karena ilmu Allah SWT amatlah luas laksan lautan yang jika dijadikan tinta untuk menulis ilmu Allah maka tidaklah akan habis ilmu Allah walau air laut tersebut sudah habis
  6. Selalu mendahulukan persatuan ketika menyadari sesama muslim adalah saudara saat itu kita akan selalu menuju kearah persatuan bukan justru memperbesar perbedaan yang ahirnya menimbulkan perpecahan

Ketiga Musyawarah

Sesungguhnya berpegang dengan tali Allah SWT serta pertalian hati dan persaudaraan akan menjadikan kita menyikapi segala permasalahan dengan bijaksana . Musyawarah akan selalu melandaskan aktivitas kita dalam menyelesaikan sebuah permasalahn sesungguhnya musyawarah tidak akan membawa kita kepada kesesatan hanya karena Egois (ananiyyah) yang membuat seseorang tidak mau bermusyawarah.

Wallahu A’lam



Figur Pemimpin teladan

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah SWT, sehingga Allah SWT menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”.
Q.S. Al Hasyr 19


Kampanye pilpres telah dibuka, laksana genderang telah ditabuh pertanda perlombaan akan segera dimulai. Para jurkan masing-masing pilpres telah berorasi dan menawarkan sekian banyak program untuk bangsa, ada yang menjanjikan untuk mengangkat perekonomian rakyat kecil, ada lagi janji-janji yang di sampaikan untuk mewujudkan pendidikan yang gratis, janji kesejahtraan para pegawai dan masih banyak lagi program-program yang ditawarkanya, rakyatlah yang bisa memilih dan menentukan siapa diantara mereka–mereka (para capres) yang memang layak mendapatkan kepercayaan memegang amanah rakyat, disisi lain masih banyak kita jumpai pula trik-trik yang keji dengan mony politic misalnya atau dengan cara-cara busuk lainya, dan ada pula rakyat kecil yang belum bisa serta mengenal lebih dekat akan figure masing-masing capres tersebut,

Ketidak tahuan akan figure sang pemimpin, akan mengantarkan mereka salah pilih dalam pemimpinanya, maka idak heran jika aspirasai rakyat bawah tidak sampai pada atasanya. Ada sedikit cerit kecil tentang kesuksesan sang-pemimpin dari generasi masa lalu yang bersinar bak mutiara ditengah lautan atau laksana oase ditengah gersang padang sahara. Barangkali cerita singkat ini sedikit membantu kita dalam memilih dan menentukan pimpinan kita, dia adalah :.

Umar bin Abdul Aziz

Umat islam umumnya mengenal tokoh sejarah yang luhur ini, ia adalah Umar bin Abdul Aziz bin Abdullah bin Umar bin Khottob. ia popular dengan sebutan Umar II Umar I adalah sahabat Umar bin Khotob mbah buyutnya sendiri sahabat nabi sekaligus kholifah dizaman khulafaaur rosyidin dikenal sebagai panglima yang sholeh, jujur, tegas, pemberani dan bersahaja, jika beliau mau menumpuk harta dan menyimpan ribuan dinar tentulah amat mudah bagi beliau akan tetapi sebagai pemimpin yang bijak beliau tidak melakukakan itu semua yang dilakukan hanyalah semata-mata demi rakyatnya, Begitupun dengan Umar II yaitu Umar bin Abdul Aziz, Umar yunior ini adalah seorang kholifah (pemimpin tertinggi Negara) dinasti Umayyah pada ahir abad ke-7M dikenal dalam literature islam klasik sebagai pemimpin yang adil, bersahaja, jujur dan tak kenal kompromi.

Benih baik akan melahirkan orang yang baik pula

Tiada beriman(tidak sempurna imanya) seseorang yang tidak memegang amanah dan tidak ada agama (menjalankan agama dengan baik) bagi orang yang tidak memegang atas janji “H.R. Addailami. Menjelang dini hari pada suatu malam kholifah Umar bin Khotob RA disertai pengawalnya melakukan sidak kepinggiran kota, beliau mendengar pembicaraan dua orang wanita digubuk kecil. Sang ibu berkata “campur saja susunya dengan air”, anak gadisnya menjawab “tidakah Amirul mukminin Umar bin khotob telah mengeluarkan undang-undang dilarangnya mencampur susu dengan air wahai ibu?, sang ibu menimpali omongan “toh kholifah umar tidak akan tahu. Kalau kholifah umar tidak mengetahuinya akan tetapi Allah SWT yang Maha Agung pasti melihat nya? jawab sang anak gadis setengah membantah perintah ibunya
Dialog kedua insan ini teramat terkesan dihati sahabat Umar, esok harinya beliau menyuruh stafnya untuk menyelidiki kedua wanita tersebut setelah melalui penyelidikan yang yang intens ternyata diketahui bahwa perempuan tersebut telah ditinggal mati oleh suaminya dalam medan pertempuran dijalan Allah SWT ahirnya hidup mereka serba kekurangan karena tidak ada yang menanggung biaya hidupnya, singkat cerita ahirnya sahabat Umar berkeinginan meminang gadis tersebut untuk cucunya yang bernama Ashim pernikahan itulah yang ahirnya melahirkan seorang perempuan yang kelak akan dinikahi oleh abdul aziz bin marwan kholifah kelima yang amat tersohor kemudian melahirkan umar bin abdul aziz kholifah yang tersohor dan adil serta zuhud. Allah SWT berfirman “Dan ayahnya adalah seorang yang sholeh maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluaran simpananya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu” Q.S. Al Kahfi 82
Ayat ini yang meng-inspirasikan bahwa dengan kesolehan orang tua adalah salah satu sebab Allah mengangkat derajat seseorang, maka berbahagilah seseorang yang terlahir dari keluarga baik-baik karena hal itu sebagai satu langkah mereka mendapatkan kemudahan dalam meraih kemuliyaan dari Allah SWT

Berkah memegang amanah

Ketika umar bin Abdul Azizi mendapat promosi dari gubernur Madinah menjadi kholifah ia menangis tersedu-sedu hingga tak sadarkan diri ia mengatakan bahwa beban kewajiban seberat ribuan gunung telah diletakan kepundaknya padahal untuk mengurus diri sendiri ia merasa belum mampu apalagi diberi amanah mengurus umat yang amat komplek. Setelah Umar bin Abdul Azizi dilantik menjadi kholifah beliau pergi kemusholla dan menangis ketika ditanyakan penyebab tangisnya beliau menjawab aku memikul amanat umat ini dan aku tangisi orang-orang yang menjadi amanat atasku yaitu kaum fkir miskin yang lemah dan lapar ibnu sabil yang kehilangan tujuan dan terlantar, orang-orang yang didzolimi dan dipaksa menerimanya orang-orang yang banyak anaknya dan berat beban hidupnya karena itu aku menangisi diriku sendiri karena beratnya amanat atasku, ungkap Umar bin abdul aziz.
konon semasa ia menjabat sebagai kholifah hampir tak satupun makhluk dinegerinya yang kelaparan, dan hampir tak ada serigala yang mencuri ternak penduduk kota kemakmuran menyelimuti negeri itu hingga tidak ditemukan orang yang meminta-minta zakat karena mereka semua mampu untuk mengeluarkan zakat dan yang lebih mengagumkan lagi penjara terasa sepi hampir tak ada penghuninya semasa menjadi kholifah beliau berjanji dalam hatinya tidak akan mengecewakan amanah yang diembanya. Suatu hari seorang gubernur menulis surat yang intinya meminta dana untuk pembangunan benteng disepanjang kota, kholifah membalas suratnya apa manfaatnya membangun benteng? Bentengilah ibu kota dengan keadilan dan bersihkan jalan-jalanya dari kedzaliman dengan benteng keimanan itulah yang akan mampu mengantarkan kedamaian dan ketentraman, pepatah mengatakan seorang alim harus mengajar dirinya sebelum ia mengajar ilmu kepada orang lain, dan hendaknya mengajar prilakunya sebelum ia mengajar dengan ucapan-ucapanya,

Selektif dalam makan

Suatu hari kholifah umar bin Abdul Azizi mendapat hidangan makanan septong roti yang masih hangat harum dan membangkitkan selerah dari istrinya dari mana roti ini tanyanya buatan sendiri jawab sang istri berapa kamu habiskan untuk membeli terigu dan bumbu untuk membuat roti ini? Hanya tiga setengah dirham saja jawab istrinya aku ingin tahu asal usul benda yang akan masuk keperutku agar aku dapat mempertanggung jawabkan disisi Allah SWT. Nah uang setengah dirham itu dari mana? Setiap hari aku harus menyisihkan setengah dirham dari belanja yang telah engkau berikan wahai amirul mukminin sehingga dalam seminggu terkumpullah uang tiga setenga dirham cukup untuk membeli bahan-bahan roti yang halalan thoyiban kata istri kholifah sambil menjelaskan baiklah kalau begitu saya percaya asal usul roti ini halal dan bersih namun saya berpendapat lain ternyata biaya hidup kita setiap harinya perlu dikurangi setengah dirham agar kita tidak punya kelebihan yang membuat kita mampu membuat roti atas tanggungan umat tegas kholifah dan sejak hari itu Umar membuat intruksi kepada bendaharawanya baitul maal untuk mengurangi jatah harian keluarga Umar sebesar setengah dirham. saya juga akan berusaha mengganti roti itu agar perut saya kenyang dari gangguan perasaan karena telah memakan harta umat demi kepentingan pribadi sambung kholifah .